Detail Cantuman

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai organ
tertentu. Penyakit infeksi pada manusia salah satunya disebabkan oleh
infeksi bakteri patogen. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
adalah Staphylococcus epidermidis. Bakteri Staphylococcus epidermidis
merupakan bakteri gram-positif. Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan
infeksi kulit ringan yang disertai dengan pembentukan abses.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui aktivitas salep ekstrak
etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam menyembuhkan luka punggung
kelinci (Orytolagus cuniculus) yang diinfeksi bakteri Staphylococcus epidermidis
dan mengetahui panjang luka yang dapat disembuhkan dengan pemberian salep
ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2018 di
Laboratorium Biologi Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Populasi
pada penelitian ini adalah daun ciplukan dan sampel dari penelitian ini adalah
ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) yang dibuat konsentrasi 2,5%,
5%, 10% dan 15% dengan menggunakan basis adeps lanae dan vaselin album.
Aktivitas penyembuh luka infeksi punggung kelinci dilihat dari panjang luka yang
dapat disembuhkan. Pengamatan panjang luka infeksi dilakukan selama 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa salep ekstrak etanol daun ciplukan
(Physalis angulata L.) memiliki aktivitas menyembuhkan luka punggung kelinci
(Orytolagus cuniculus) yang diinfeksi bakteri Staphylococcus epidermidis serta
didapatkan data panjang luka yang dapat disembuhkan dengan pemberian salep
ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) adalah minimal sebesar 2,17
mm (konsentrasi ekstrak 2,5 %) dan maksimal sebesar 4,37 mm (konsentrasi
ekstrak 15 %).
Kata kunci : Ciplukan (Physalis angulata L.), penyembuh luka, punggung
kelinci (Orytulagus cuniculus), Staphylococcus epidermidis